Monday, September 17, 2007

anne ahira

Aku, Anne Ahira dan AsianBrain

Tidak terasa sudah 6 bulan sejak bergabungnya aku dengan Asian Brain-IMC, suatu komunitas pembelajaran dan pendidikan tentang ilmu internet marketing. Dengan latar belakang 10 tahun bekerja sebagai staff marketing di sebuah perusahaan cukup ternama membuat aku kurang lebih paham tentang konsep marketing dalam skala makro dan mikro. Tapi, internet..adalah suatu hal yang hampir-hampir sama sekali baru untuk aku. Menjelang akhir tahun kemarin, aku hanya tahu bahwa internet bisa menghasilkan uang melalui suatu program Google yang bernama Adsense. Bahkan, kira-kira 2 tahun yang lalu aku sempat ditertawakan oleh rekan sekantor karena bertanya apa itu Email, apa itu chatting, apa itu surfing, dan sebagainya. Yahoo messangerku (Email Yahooku) yang aku pakai sampai sekarangpun adalah hasil buah tangan adikku, karena aku ingin punya tapi tidak tahu bagaimana cara membuat Email tersebut.

Tuhan Maha Besar.. awal tahun ini aku diperkenalkan oleh adik angkatku kepada sebuah nama yang katanya akan sangat membantu aku seandainya aku tertarik untuk mempelajari dunia Internet Marketing lebih jauh. Anne Ahira, sebuah nama yang langsung menarik perhatianku..bukan karena dia seorang 'Maha Guru' di dunia Internet Marketing awalnya, tapi lebih dikarenakan namanya yang terasa tidak umum untuk seorang Indonesia. Aku memang secara otomatis akan tertarik kepada nama-nama yang berkesan bukan lokal, karena mungkin namaku sendiri juga demikian. Semenjak itu aku asyik mencari tahu tentang Anne Ahira ini di setiap kesempatan aku berinternet ria. Di salah satu malam, di salah satu dari 3 warnet tempat aku biasa mencari informasi-informasi di internet aku menemukan Asian Brain.com, situs milik Anne Ahira yang belakangan baru aku ketahui didedikasikan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia tercinta ini akan ilmu internet marketing, dan yang lebih luar biasanya untuk menghasilkan uang yang notabene tidak sedikit dari internet.

Di sinilah aku sekarang, Asian Brain Internet Marketing Centre, menimba ilmu, berbagi pengetahuan dan pengalaman bersama bangsaku tercinta dalam hal Internet Marketing. Tidak ketinggalan tentunya mendulang dollar. Di Asian Brain-IMC ini pula aku mengetahui bahwa ternyata tidak sedikit dari bangsaku tercinta ini yang antipati dan menghujat guruku, Anne Ahira. Awalnya cukup membuat kaget, tapi segera kusadari bahwa itu adalah ekspresi dari rasa demokrasi bangsaku yang selama lebih dari 30 tahun terpasung. Rasa yang selama ini seakan ingin meledak dan butuh penyaluran. Aku sangat menghargai dan menghormati guruku, sebesar aku menghargai para 'musuh-musuh'nya, atau lebih tepatnya orang-orang yang memusuhi dia.

Nubar Gulben Kiana, adalah seorang professional Internet Marketer. Data pribadi dan bisnisnya bisa dilihat di : http://www.internetmarketingeducations.com/anneahira



BlogCatalog

Saturday, April 7, 2007

ISTANA DI KAKI LANGIT



Oleh: Ayi Budihardjo

Istana batu, begitu aku menyebutnya. Berdiri kokoh dan megah di atas bukit sejak sebulan lalu. Sebagian atap dan cerobong asapnya yang seperti hampir menyentuh langit, terlihat jelas dari halaman rumahku. Bahkan ketika kabut turun pun, cerobong asap yang tidak terlalu sering mengeluarkan asapnya itu masih nampak jelas. Arya, sahabatku yang selalu setia megikuti kemana pun aku pergi sekaligus teman berkhayalku, sering mengatakan bahwa di dalam istana batu itu pasti ada seorang pangeran tampan.
Perkataan Arya langsung memberiku ide untuk menyelidiki istana batu itu. Setelah makan siang, aku dan Arya sepakat untuk ke sana. Kebetulan hari ini hari Sabtu, yang bertepatan dengan tanggal merah, jadi kami libur sekolah. Arya membawa tas ransel kecilnya yang sudah lusuh berisi air minum dan beberapa alat pertukangan yang dipinjamnya secara diam-diam dari ayahnya yang seorang tukang bangunan.
Aku memakai kostum kebesaranku, celana pendek, kaos yang lehernya sudah lebar bergambar Doraemon, dan ketapel menggantung di leherku. Aku menguncir tinggi rambut sebahuku. Kami siap untuk berpetualang.
Ibu sering mengeluhkan kelakuanku yang tidak seperti anak perempuan seusiaku di desa kami. Kata ibu, anak perempuan itu seharusya mainannya pasaran, boneka-bonekaan atau lompat tali. Tapi aku justru sibuk berpetualang menjelajah hutan kecil dekat desa bersama Arya. Atau berenang di sungai dangkal dekat air terjun.
Meski aku punya seorang kakak laki-laki dan sahabat laki-laki, sebenarnya aku tidak merasa tomboy, hanya saja aku senang sekali berkhayal melakukan petualangan-petualangan seru, dan Arya sepaham denganku, karena itu kami berdua sangat cocok.
Sebenarnya aku juga suka bermain boneka, tapi sayangnya aku hanya punya satu boneka plastik perempuan yang dibelikan ibu ketika aku berumur lima tahun yang kakinya hanya tinggal satu. Karena itu boneka pertamaku dan satu-satunya, jadi masih kusimpan.